Teng..Teng..Teng..
Lonceng sekolah terdengar menggema
Teredam dengan riuh ramai anak-anak yang keluar main
Riang..Gembira..
Sebagian berebut berlari ke tukang gameboy
Sebagian bermain kelereng di halaman sekolah
Tidak ada yang jajan, karena sekarang bulan puasa
Tapi toh mereka tetap bergembira bermain-main
Namun kontras ada pada satu anak
Ia tetap di dalam kelas
Mematung menelungkupkan kepalanya
kedekapan tangannya sendiri di atas meja
Rintihan sesenggukan terdengar darinya
Seperti sedih yang meratap pada sepi
Bukan jeritan tangis, tapi hanya air mata tanpa suara
Justru itulah ungkapan kesedihan yang palih perih
Apa kiranya yang bisa membuat seorang begitu sedih
Anak seumuran kelas lima SD
Kejam dunia pun kiranya belum berani menyapanya
Tapi nyatanya anomali pada anak itu
Ohya, Adang nama anak itu
Dia anak pengrajin tempe
Dia tidak sahur tadi subuh, bahkan tidak buka kemarin
Kecuali dengan risoles dan teh tawar di masjid
Teng..Teng..Teng..
Buyar sudah keramaian di luar
Satu per satu masuk kembali ke ruang kotak itu
Adang pun mengangkat wajahnya menyambut teman-temannya
**
1 Agustus 2012.