Yang Online-Online Itu (The Darkside of The Internet)

Kejadian 1

Kira-kira 2-3 tahun lalu, perusahaan saya yang bergerak di bidang IT mempunyai klien (asosiasi) yang ingin menyelenggarakan kompetisi bisnis digital berbasis aplikasi mobile di Indonesia. Salah satu yang dinilai dalam kompetisi tersebut adalah peningkatan active user dan traffic aplikasi yang diikutkan dalam kurun waktu lomba.

Perusahaan saya menyiapkan dashboard-nya dan menyiapkan script yang harus diinput oleh peserta ke dalam aplikasi yang mereka ikutkan dalam lomba, agar sistem bisa mendapatkan data peningkatan active user dan traffic aplikasi tersebut dan membuat pemeringkatannya.

Kadang-kadang saya lihat juga itu data, dan hasilnya luar biasa. Banyak aplikasi yang mempunyai progress yang sangat baik. Namun ada 1 aplikasi yang signifikan sekali, progress-nya jauh lebih unggul dari aplikasi peserta lainnya. Saya lupa namanya.

Ketika hari pengumuman pemenang lomba saya lihat di media sosial ternyata pemenangnya bukan aplikasi yang saya lihat paling signifikan itu, melainkan aplikasi peringkat kedua kalau tidak salah.

Lalu dengan penasaran saya tanya ke klien saya, “bukannya si B itu peringkat dua, yang peringkat satu kan A”.

“Iya betul. Tapi lo tau ga aplikasi A itu aplikasi apa?”, respon klien saya bertanya balik.

“Engga tau, gw ga cek-cek sampe situ”, jawab saya.

“Itu aplikasi judi”, jelasnya.

**

Kejadian 2

Persis hari minggu kemarin, handphone saya berdering, +60 kode negaranya. Saya agak ragu untuk menjawab, karena biasanya juga kalau ada telepon dari luar kodenya adalah +65. Senyaplah itu handphone. Lalu beberapa detik kemudian, berdering lagi itu handphone nomernya masih sama. Khawatir itu penting saya jawablah panggilan itu.

Ternyata itu sales portal judi online. Sebenarnya saya kaget dari mana dia bisa dapat nomor handphone saya. Namun saya play along dan tidak mengajukan pertanyaan itu atau marah. Dan seperti umumnya sales-sales telemarketing yang suaranya cepat dan kurang jelas, dia juga begitu. Jadi dengan asal bilang, “Tolong di WA aja ya infonya.” Lalu saya putus sambungan telepon tersebut.

Dan ternyata benar di WA sama dia. Kali ini dengan nomer handphone kode Indonesia.

**

Dari dua kejadian di atas saya jadi penasaran dan timbul beberapa pertanyaan. Bagaimana cara situs-situs itu mendapatkan user? Berapa sih jumlah usernya? Bagaimana cara agar growth-nya bisa cepat? Bagaimana bisnis modelnya? dan pertanyaan terpenting berapa revenuenya?

Lalu hari ini, dari habis maghrib tadi saya riset-riset. Cari-cari data di Internet. Lalu menemukan ternyata banyak sekali bisnis ilegal yang menarik untuk diulas. Namun dalam tulisan ini mungkin saya membatasi hanya akan mengulas bisnis yang aktifitas usahanya hanya dalam portal atau websitenya.

Maksud “bisnis yang aktifitas usahanya hanya dalam portal atau websitenya” adalah bisnis yang menghasilkan uang dari aktifitas di portal atau websitenya, bukan dari aktifitas diluar portal atau websitenya. Bukan bisnis yang memanfaatkan portal atau website-nya untuk channel marketing. Jadi contoh seperti mucikari atau pembunuh bayaran (beneran ada lho ternyata!) itu engga masuk dalam ulasan saya karena dia butuh aktifitas usaha di luar website atau portalnya untuk melakukan aktifitas bisnisnya.

Ok. Langsung aja. Bisnis online ilegal pertama, dari yang ringan dulu.

1. Situs Online Streaming atau Bioskop Ilegal

Untuk bisnis ini, saya cari di internet sudah pernah ada beberapa yang membahas seperti di Kincir.com atau Kaskus. Karena datanya relatif mudah, mungkin analisa akan revenu-nya saja yang sedikit berbeda.

Termasuk di situ ini adalah seperti IndoXXI atau LK21. Walau tadi saya cari, saya juga bingung LK21 yang “original” yang mana, karena sudah banyak sekali situs-situs sejenis.

Situs-situs ini jelas ilegal. Walau mungkin masih yang paling ringan dibanding jenis situs-situs yang selanjutnya. Situs-situs ini ilegal karena tidak ada license dan melanggar hak cipta. Walau tetap ada situs-situs jenis ini yang mengkampanyekan nasionalisme dengan mengatakan “Di sini tidak ada akan pernah ada streaming film indonesia”. Setidaknya mereka hanya melanggar hak cipta film luar. Walau ya tetap salah.

Lalu berapa user atau traffic-nya?

Saya melakukan pengecekan situs INDOXXI di beberapa platform pengecekan. Beberapa yang menarik, ternyata INDOXXI menempati peringkat ke-19 se-Indonesia pada data Alexa ( anak perusahaan dari Amazon.com yang menyediakan data komersial terkait traffic web). Bisa di cek di tautan berikut: https://www.alexa.com/topsites/countries/ID.

Data estimasi ceksite.com (seperti terlampir pada gambar di bawah) memaparkan bahwa daily unique visitor mencapai 50-ribu pengunjung per hari.

Lain lagi estimasi dari azstats.org di bawah ini. Azstats memaparkan daily unique visitor  INDOXXI mencapai 5-juta pengunjung.

Bagaimana bisnis modelnya dan berapa revenuenya?

Terlihat jelas bisnis model INDOXXI atau situs sejenis adalah dari iklan. Baik itu Banner Placement, Popup Ads, On Click Ads,  atau juga URL Redirection. Sebenarnya ini bisnis yang paling stabil dari jaman internet booming sampai sekarang. Karena relatif mudah dan jelas perhitungannya.

Dari kisaran estimasi data pengunjung harian dan model bisnis tersebut, saya perkirakan (hitungan detilnya cukup ribet dan banyak asumsi) pendapatan bulanan dari INDOXXI adalah dalam rentang 375 juta – 6,7 milyar rupiah. Luar biasa sekali!

Pendapatan tersebut mungkin hanya dipotong biaya operasional dan server, yang saya duga mungkin tidak lebih dari 30% dari revenue. Tapi sama sekali tidak dipotong oleh beban penjual, pajak, fee kepemilik film dan sebagainya.

Bila dibandingkan dengan bisnis bioskop legal -saya coba lihat data BLTZ (PT Graha Layar Prima Tbk)-, pendapatan CGV Blitz tahun 2017 adalah sebesar 849 milyar rupiah. Dan profit sekitar adalah 12 milyar rupiah. Itu adalah kontribusi sekitar 40 bioskop yang dimiliki CGV Blitz pada tahun 2017. Jadi CGV Blitz per bioskop per bulannya kurang lebih menghasilkan 1,7 milyar rupiah dan keuntungan per bioskop per bulan kurang lebih hanya 25 juta rupiah. (Tolong koreksi bila salah. Sumber analisa data dari sini)

**

Bisnis online ilegal berikutnya adalah ….

(bersambung dulu, sudah lapar belum makan malam)

2 Replies to “Yang Online-Online Itu (The Darkside of The Internet)

  1. Looking forward buat lanjutannya kak panjii… Aku sendiri ga pake indoxxi dll simply karena keganggu ama iklannya, tetep lebih enak pake yg resmi macam netflix dan hooq *yaiyalahhh.. Sama waktu itu temen bilang pake bajakan itu dosa

  2. Menariknya, saat kata “unicorn” muncul dan Pak Prabowo bertanya balik, “Yang Bapak maksud unicorn? Maksudnya yang online-online itu, iya kan?” dalam waktu sekejap saja, karakter My Little Poni favorit anak saya ramai muncul di linimasa medsos.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *